POLIKULTUR UDANG GALAH DAN NILA MERAH

Budidaya Udang Galah  (Macrobrachium rosenbergii de Man) saat ini memang telah marak dibudidayakan dan sudah berkembang pesat. Perkembangan ini disebabkan karena tingginya harga di pasaran dan permintaan pasar konsumsi udang galah  semakin meningkat. Selain itu  teknologi budidaya udang galah juga relatif mudah. Udang galah merupakan salah satu komoditas perikanan yang sudah cukup memasyarakat.

Ikan Nila merupakan ikan yang memiliki nilai ekonomis penting, baik ditinjau dari pasar domestik maupun pasar luar negeri. Selain rasa yang enak, daging nila lembut teksturnya, durinya yang besar dan terletak di tengah akan memudahkan orang dalam menikmati daging nila serta harga yang relatif murah, sehingga banyak disukai masyarakat.  Teknologi budidaya ikan nila relative mudah dilaksanakan oleh masyarakat  sehingga usaha budidaya nila berkembang dengan pesat.

Usaha budidaya udang galah mulai terkendala akibat adanya masalah  penyakit/ wabah virus MrNV (Macrobrachium rosenbergii Noda Virus), rendahnya produksi dan produktifitas lahan (degradasi lingkungan). Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan teknologi yang ramah lingkungan dan mudah dilaksanakan oleh pembudidaya udang.  Salah satunya adalah   budidaya system polikultur yaitu sistem budidaya yang membudidayakan dua atau lebih spesies ikan/udang dalam satu kolam yang sama.  Salah satu yang dapat diterapkan pada metode polikultur adalah polikultur udang galah dan ikan nila.Udang galah dan ikan nila mempunyai tempat/ruang hidup yang berbeda, udang galah cenderung berada didasar kolam sedangkan ikan nila cenderung bersifat lebih banyak di badan air, namun keduanya bisa bersimbiose positif.Dengan demikian metode budidaya polikultur bisa memanfaatkan ruang lebih optimal, sehingga polikultur udang galah dan ikan nila dapat meningkatkan produktifitas kolam.  Keuntungan polikultur udang galah dan nila antara lain penebaran nila bisa membentuk warna air yang lebih stabil, sehingga penggantian air relative lebih sedikit bila dibandingkan dengan kolam udang monokultur.  Dapat mencegah penyakit viral yang menyerang udang galah karena lendir yang dikeluarkan nila  mampu merusak sel virus sehingga  mencegah terjangkitnya  virus, karena akhir-akhir ini budidaya udang galah diresahkan dengan munculnya virus MrNv.

Tahapan Pelaksanaan

  1. Persiapan kolam
  • Pengeringan kolam 5-7  hari, untuk membunuh hama dan penyakit.
  • Pemberian pupuk  berupa pupuk kandang :200 – 500 gr/m2.
  • Pengisian air secara bertahap, sampai  kedalaman air 70 - 100 cm.
  • Pemberian rumpon sebagai tempat berlindung, berupa daun kelapa, bambu.

 

       2. Penebaran benih

  • Benih dipilih yang baik dan sehat, dengan tanda sebagai berikut gerakan lincah, ukuran seragam, tidak cacat tubuh. Penebaran dilakukan pada pagi/sore hari, agar tidak stres. Benih udang ditebar dalam kolam dengan padat tebar 5 ek/m2 sedangkan benih nila ditebar dalam hapa dengan padat tebar 5 ek/m2.  Dilakukan pengukuran panjang dan berat benih  sebelum ditebar pada masing – masing kolam.

 

      3.  Pemeliharaan dan pemberian pakan

Pakan yang diberikan berupa pellet udang galah dengan kadar protein 30% untuk udang galah, sedangkan pakan pellet nila dengan kadar protein 30% untuk ikan nila. Jumlah pakan yang diberikan 5 – 15 % dari berat biomassa. Frekuensi pemberian 3 - 4 kali perhari. Pemberian pakan disebar merata. Ketersediaan pakan dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu  dan bernilai gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kegiatan usaha budidaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan adalah :

  • Penghitungan  pakan berdasarkan hasil sampling setiap 2 minggu.
  • Penambahan jumlah pakan diperhitungkan berdasarkan hasil sampling berat dan kepadatan.
  • Jumlah pakan yang diberikan 60% sore/malam dan 40% pagi/siang.

 

4. Sampling pengukuran pertumbuhan (panjang dan berat ikan) dilakukan dengan metode random sampling (pengambilan beberapa ekor ikan secara acak) dan pengukuran     kualitas air (pH dan suhu) dilakukan setelah sampling  pertumbuhan, sedangkan sintasan dihitung pada waktu panen.

5. Panen dilakukan setelah masa pemeliharaan selama kurang lebih 90 hari, dengan cara panen total . Selanjutnya dilakukan perhitungan jumlah  udang, hal ini untuk menghitung tingkat kelangsungan hidup (sintasan) selama  masa pemeliharaan.

 

Hasil polikultur udang galah dan nila

Polikultur udang galah dan nila dipelihara di kolam selama 3 bulan.  Parameter yang diamati yaitu  meliputi panjang dan berat, konversi pakan dan tingkat kelangsungan hidup atau (SR).  Hasil pengamatan  panjang rata-rata  dapat dilihat pada  tabel dibawah  ini.

Tabel 1.  Panjang rata-rata ikan per ekor (cm)

 

 

Panjang awal

sampling I

sampling II

sampling III

sampling IV

sampling V

sampling VI

1

Polikultur

 

 

 

 

 

 

 

 

Nila

Siklus 1

 7,2

 11,1

 14,4

 16,5

 17,5

 18,3

 20,8

 

 

Siklus 2

 7,2

10,5

14,2

15,7

17,2

18,1

20,5

 

 

Siklus 3

 7,2

11,1

14,5

15,5

17,5

18,2

20,1

 

Rata-rata

7,2

10,9

14,36

15,9

17,4

18,2

20,46

 

Udang

Siklus 1

3,6

5,2

10,2

12,2

13,5

14,1

14,5

 

 

Siklus 2

3,6

5,2

9,8

12,1

13,4

14,1

14,6

 

 

Siklus 3

3,6

5,5

10,1

12,5

13,5

14,1

14,4

 

Rata-rata

3,6

5,3

10,03

12,26

13,46

14,1

14,5

2

Monokultur

 

 

 

 

 

 

 

 

Udang

Kontrol

3,6

5,5

10,1

12,4

13

14

14,4

 

Rata-rata

3,6

5,8

10,1

12,4

13,

14

14,4

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa pertambahan panjang udang galah pada polikultur  lebih baik dari monokultur dengan rata rata panjang akhir udang  pada polikultur 14,5 cm dan rata rata panjang akhir udang pada monokultur 14,4 cm. Sedangkan pada  ikan nila rata rata panjang akhir   mencapai 20,46 cm.

Tabel 2.  Berat  rata-rata ikan  per ekor (gr)

 

 

Berat awal

Sampling I

Sampling II

Sampling III

Sampling IV

Sampling V

Sampling VI

 1

Polikultur

 

 

 

 

 

 

 

 

Nila

Siklus 1

6,8

32,5

61,2

82,5

125,5

137,2

195,4

 

 

Siklus 2

6,8

30,3

60,5

82,2

124,5

140,1

194,5

 

 

Siklus 3

6,8

31,2

61,2

83,1

125,5

140,5

190,5

 

Rata-rata

6,8

31,33

60,96

82,6

125,16

139,26

193,46

 

Udang

Siklus 1

0,9

3,4

11,1

20,5

27,8

30,5

33,3

 

 

Siklus 2

0,9

3,3

10,8

20,1

27,5

29,8

33,5

 

 

Siklus 3

0,9

3,6

11,2

21,3

28,1

30,5

33,1

 

Rata-rata

0,9

3,43

11,03

20,63

27,8

30,26

33,3

2

Monokultur

 

 

 

 

 

 

 

 

Udang

Kontrol

0,9

3,5

11,3

21,9

27,7

30,5

33,2

 

Rata-rata

0,9

3,5

11,3

21,9

27,7

30,5

33,2

 

Dari tabel  di atas, terlihat bahwa pada polikultur rata-rata berat akhir  udang galah adalah  33,3 gr dan rata-rata berat akhir nila adalah 193,46 gr.  Sedangkan pada monokultur  rata-rata berat akhir udang galah adalah 33,2 gr.

Dari  data di atas, terlihat bahwa perlakuan polikultur  memberikan hasil yang lebih baik dari monokultur.Hal ini menunjukkan bahwa budidaya udang galah dapat dilakukan secara

monokultur dan  polikultur dengan  nila dengan metode polikultur terpisah. Metode polikultur terpisah  dilakukan agar udang tidak terganggu oleh nila. Udang galah dan ikan nila mempunyai tempat/ruang hidup yang berbeda, udang galah cenderung berada didasar kolam sedangkan ikan nila cenderung bersifat lebih banyak di badan air, namun keduanya bisa bersimbiose positif.Dengan demikian metode budidaya polikultur bisa memanfaatkan ruang lebih optimal, sehingga polikultur udang galah dan ikan nila dapat meningkatkan produktifitas kolam. 

Tabel 3. Pertumbuhan mutlak

No

Polikultur

Monokultur

1

Nila

Udang galah

Udang galah

2

6,17

9,7

9,48

Dari tabel  di atas, terlihat bahwa pada polikultur pertumbuhan mutlak  udang galah adalah  9,7  dan pertumbuhan mutlak ikan nila adalah 6,17  sedangkan pada monokultur  pertumbuhan mutlak  udang galah adalah 9,48.

Tabel 4. Tingkat kelulushidupan (SR) dan konversi pakan (FCR)

 

 

SR %

FCR

1

Polikultur

 

 

 

Nila

Siklus 1

84

1,4

 

 

Siklus 2

86

1,3

 

 

Siklus 3

85

1,3

 

Rata-rata

85

1,33

 

Udang

Siklus 1

82

1,7

 

 

Siklus 2

66

1,9

 

 

Siklus 3

86

1,5

 

Rata-rata

78

1,7

2

Monokultur

 

 

 

Udang

Kontrol

73

1,8

 

Rata-rata

73

1,8

 

Pada tabel  di atas menunjukkan bahwa pada polikultur  SR udang galah adalah 78 % dan SR nila adalah 85 % sedangkan SR pada monokultur udang galah adalah 73 %, sehingga dapat dilihat bahwa polikultur memberikan hasil  yang lebih baik. Hal ini dimungkinkan karena manfaat polikultur udang galah dan nila antara lain penebaran nila bisa membentuk warna air yang lebih stabil, sehingga penggantian air relatif  lebih sedikit bila dibandingkan dengan kolam udang monokultur. Selain itu polikultur udang galah dan nila dapat mencegah penyakit viral yang menyerang udang galah karena lendir yang dikeluarkan nila  mampu merusak sel virus sehingga  mencegah terjangkitnya  virus.

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai konversi pakan pada  polikultur udang galah dan nila adalah konversi pakan untuk udang galah sebesar 1,7 dan nila sebesar 1,33 sedangkan pada monokultur nilai konversi pakan udang galah adalah 1,8. Hal ini dimungkinkan karena kondisi lingkungan  pada  polikultur mampu mendukung proses metabolisme udang galah  lebih efisien.

Tabel 5. Kualitas air

No

Parameter kualitas air

Polikultur

Monokultur

1

suhu

28-30

28-30

2

pH

7-8

7-8

3

DO

3-5

1-3

4

Kecerahan

20-40

20-35

 Dari tabel diatas terlihat parameter yang berbeda adalah kandungan oksigen (DO) dan kecerahan pada polikultur kandungan oksigen dan kecerahan lebih tinggi karena warna air lebih stabil. Sedangkan parameter yang lain relatif sama dan berada pada kisaran optimal bagi kehidupan udang galah dan nila. (Fishprog,2016)

 

WhatsApp