KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN SUAKA ALAM PERAIRAN WEDIOMBO

Asal Usul Wediombo

         Asal kata Wediombo dari bahasa jawa, Wedi dan Ombo.  Wedi berarti pasir dan Ombo berarti luas.  Kedua kata tersebut di satukan maka menjadi pantai yang pasirnya luas. Hal tersebut memang benar, pasir putih yang membentuk teluk dan membentang dari ujung selatan ke utara dan menghadap ke barat yang sangat luas.Warga setempat memang mengatakan bahwa nama pantai ini yang diberikan oleh nenek moyang tak sesuai dengan keadaannya.  Ada pula yang mengatakan Teluk Ombo, karena keadaan pantainya memang  menyerupai teluk yang lebar.  Lebih lagi terdapat batu karang yang mengapitnya, air lautnya pun menjorok ke daratan.

  1. Latar Belakang

         Melestarikan sumberdaya hayati laut merupakan amanah undang-undang yang harus dilaksanakan oleh semua warga Negara.  Secara material pelestarian sumberdaya merupakan tanggung jawab bersama, demi kemaslahatan generasi yang akan datang.  Sumberdaya hayati laut termasuk sumberdaya yang bersifat renewable (dapat pulih), namun jika pemanfaatannya tidak mengikuti aturan atau kaidah yang benar maka tidak menutup kemungkinan sumberdaya tersebut akan mengalami kepunahan.  Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankan atau bahkan mengembangkan sumberdaya hayati melalui penetapan kawasan konservasi.

Penetapan kawasan konservasi perairan merupakan salah satu upaya untuk melindungi sumberdaya hayati perairan laut termasuk di dalamnya sumberdaya ikan dari kepunahan. Upaya penetapan kawasan konservasi perairan dimulai dari melakukan identifikasi, penilaian calon kawasan konservasi, pencadangan kawasan konservasi perairan, dan penetapan kawasan konservasi perairan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan.

Keputusan Bupati Gunungkidul Nomor:271 /KPTS/2013, tanggal 2 September 2013 tentang Pencadangan Kawasan Konservasi Perairan, menetapkan Mencadangkan kawasan perairan Wediombo dan sekitarnya sebagai Kawasan Konservasi Perairan Daerah dengan jenis Suaka Alam Perairan yang terdiri dari 192,79 Ha kawasan daratan dan 3.195,67 Ha kawasan perairan dengan total 3.388,46 Ha.

  1. Tujuan
  • Melindungi dan melestarikan sumberdaya ikan serta tipe-tipe ekosistem penting di perairan untuk menjamin keberlanjutan fungsi ekologisnya;
  • mewujudkan pemanfaatan sumberdaya ikan dan ekosistemnya serta jasa lingkungannya secara berkelanjutan;
  • melestarikan kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya ikan di dalam dan/atau di sekitar kawasan konservasi perairan; dan
  • meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan konservasi perairan.

Geografis

         Kabupaten Gunungkidul merupakan kabupaten terluas yang ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak di sebelah timur kota Yogyakarta  dan berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah.   Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul  adalah 1.485,36 km2 atau 46,63% dari luas wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.  Ibukota Kabupaten Gunungkidul  terletak di sebelah tenggara kota Yogyakarta, dengan jarak ± 39 km.  Letak Kabupaten Gunungkidul secara geografis berada pada 110° 21' sampai 110° 50' bujur timur dan 7° 46' sampai 8° 09' lintang selatan.

Batas Wilayah Kabupaten Gunungkidul :

Sebelah Barat               :Kabupaten Bantul dan Sleman (DIY)

Sebelah Timur               :Kabupaten Wonogiri (Provinsi Jawa Tengah)

Sebelah Selatan            :Samudera Hindia

         Kabupaten Gunungkidul memiliki topografi karst yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan kapur.  Bentang alam ini dikenal sebagai Kawasan Karst Pegunungan Sewu yang bentangnya meliputi wilayah kabupaten Gunungkidul, Wonogiri dan Pacitan.  Luas kawasan karst di daerah ini sebesar 13.000 km².  Bentang alam kawasan karst Gunungkidul sangat unik, hal tersebut dicirikan dengan adanya fenomena di permukaan (eksokarst) dan bawah permukaan (endokarst). Fenomena permukaan meliputi bentukan positif, seperti perbukitan karst yang jumlahnya ± 40.000 bukit yang berbentuk kerucut, dengan bentukan negatifnya berupa lembah-lembah karst dan telaga karst. Fenomena bawah permukaan meliputi goa-goa karst (terdapat 119 goa) dengan stalaktit dan stalakmit, dan semua aliran sungai bawah tanah. Karena keunikan ekosistemnya, maka tahun 1993 International Union of Speleology mengusulkan agar Kawasan Karst Pegunungan Sewu masuk ke dalam salah satu warisan alam dunia.  Keunggulan tersebut menjadi model yang besar bagi Kabupaten Gunungkidul untuk mengembangkan pariwisata melalui pengelolaan potensi daerah dengan prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan. 

         Sumberdaya Pariwisata Karst Kabupaten Gunungkidul banyak ragamnya dan memiliki keunikan serta nilai ilmiah tinggi baik berupa pantai pasir putih yang telah berkembang sebagai wisata masal (mass tourism), wisata minat khusus petualangan seperti panjat tebing (di Pantai Siung, Seropan dan Watu Gupit), susur goa (Cerme, Seropan, Bribin, Grubug, Jomblang dan Kalisuci).  Wisata sejarah dan religius (Goa Rancang Kencono, Goa Braholo dan Goa Maria Tritis). Kabupaten Gunungkidulmemiliki kelerengan bervariasi mulai dari 2% hingga lebih dari 40% dengan ketinggian berkisar 0 hingga 250 m dari permukaan laut. 

         Kabupaten Gunungkidul mempunyai pantai dengan panjang 71,6 Km, mulai dari ujung timur desa Songbanyu kecamatan Girisubo sampai ujung barat desa Girijati kecamatan Purwosari.  Kawasan pesisir Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 6 kecamatan pantai, 36 desa, 373 dusun, 372 RW, dan 1736 RT.  Kecamatan pantai yang ada di Gunungkidul meliputi Kecamatan Girisubo, Tepus, Tanjungsari, Saptosari, Panggang, dan Purwosari.  Secara umum kondisi pantai di kabupaten Gunungkidul adalah terjal namun ada beberapa yang landai, dengan pasir putih dan panorama yang indah dan alami.

Kawasan Pantai Wediombo terletak di Desa Balong dan Desa Jepitu, Kecamatan Girisubo berjarak 28 km dari Kota Wonosari kearah tenggara. Pantai Wediombo merupakan teluk bertebing terjal, berpasir putih, tersusun oleh pasir vulkanis dan pasir organis.  Pantai Wediombo terdapat batuan vulkanis dan gamping, dengan morfologi tebing, sangat curam dengan ketinggian tebing sekitar 25-50 m.  Pantai Wediombo tersusun oleh batuan riolit dan andesit yang merupakan fasies gunungapi.  Ujung Teluk Wediombo tersusun aliran lava andesitic yang ditumpangi tuf. Bagian barat Teluk Wediombo terdapat kubah lava gunungapi dan disekitarnya terdapat leher gunungapi (volcanic neck).  Teluk Wediombo bentuknya menyerupai setengah lingkaran, diperkirakan bekas kawah gunung api yang tenggelam di bawah muka air laut.

IMG_0213.jpg

Pantai Wediombo dikembangkan sebagai daerah wisata, karena panorama alam yang sangat indah, mempunyai pasir putih, dan batu-batu vulkanik besar yang terendam di tepi pantai.  Sebagai daerah wisata terdapat fasilitas umum seperti tempat parkir, jalan menuju pantai, warung-warung makan telah tersedia, dan tempat ini ramai dikunjungi wisatawan pada hari-hari libur.  Selain sebagai tempat wisata pantai wediombo juga dijadikan tempat pendaratan ikan.

 

         Kawasan konservasi perairan teluk Wediombo dicadangkan seluas 3.388,463 Ha, yang terdiri dari luas daratan yang terdiri dari sempadan pantai 192,793 Ha dan luas kawasan perairan sebesar 3.195, 670 Ha. Luas zona inti 420,105 Ha atau 12,39% dari total luas kawasan konservasi perairan.  Kawasan konservasi perairan Wediombo dibatasi oleh beberapa titik dari sebelah timur pada titik A ordinat 110o45’44,748” BT dan  8o11’46,867” LS, titik B 110o45’23,802” BT dan 8o13’01,311”LS, titik C 110o41’54,083” BT dan 8o12’53,446” LS, titik D 110o38’27,530” BT dan  8o11’28,420” LS dan titik E 110o39’06,239” BT dan 8o10’17,820” LS.  Sedang zona inti kawasan konservasi perairan berada tepat di teluk Wediombo, dengan koordinat titik dari paling timur titik A 110o43’12,605” BT dan 8o11’59,479” LS, titik B  110o43’10,304” BT dan  8o12’22,397” LS,  titik  C  110o42’10,637” BT dan  8o12’09,111” LS, titik D  110o41’15,240” BT dan  8o11’41,7339” LS, titik E 110o41’27,790” BT dan  8o11’13,714” LS.

 

Iklim dan Kondisi Fisik Perairan

  1. Angin dan Arus

       Wilayah pesisir dan laut di selatan Jawa merupakan perairan yang unik karena letak geografisnya yang berada di antara Benua Asia dan Australia.  Wilayah perairan ini memiliki suatu sistem pola angin yang disebut sistem angin muson Australia-Asia sebagai akibat perbedaan tekanan udara antara massa benua Asia dan Australia (Wyrtki, 1961). Pada bulan Oktober-April angin berhembus dari Benua Asia menuju ke Australia.  Angin ini di wilayah selatan khatulistiwa dikenal sebagai Angin Muson Barat Laut.  Sebaliknya pada bulan April-Oktober berhembus Angin Muson Tenggara  (Susanto dan Mara, 2005).

         Perubahan pola angin muson tersebut menyebabkan wilayah perairan di selatan Jawa memiliki dua pola musim, yaitu musim barat pada saat bertiup angin muson barat laut dan musim timur pada saat terjadi angin muson tenggara.  Selain kedua musim tersebut, ada pula musim transisi yang dikenal juga dengan musim peralihan.  Musim peralihan I terjadi pada bulan Maret-Mei dan musim peralihan II terjadi pada bulan September-November.  Rata-rata kecepatan angin pada saat musim barat berkisar 2-6 m/detik dan pada musim timur 6-9,5 m/detik.  Sementara itu kecepatan angin pada musim peralihan I dan II berturut-turut 4-6 m/detik dan 1,4-8 m/detik (Wilopo, 2005). Adanya pergantian arah muson dua kali dalam setahun dan mencapai puncaknya pada bulan-bulan tertentu menyebabkan pola sirkulasi massa air di lautan juga turut berubah arah.  Perubahan arah ini menjadi ciri sirkulasi massa air di perairan Indonesia dan sekitarnya, termasuk di perairan selatan Jawa (Wyrtki, 1961).

  1. Gelombang

         Gelombang merupakan bentuk permukaan air laut berupa punggung atau lembah yang ditimbulkan oleh gerak ayunan akibat tiupan angin laut. Secara umum distribusi arah gelombang di perairan  selatan DIY berasal dari arah tenggara (12,39%), selatan (65,79%), dan barat daya (21,82%). Dalam kala ulang 20 tahun tinggi gelombang di perairan selatan Jawa adalah sekitar 2,8 m, dengan periode gelombang 10-15 detik.  Sementara itu Widiyanto dkk (2003) menyatakan bahwa tinggi gelombang di beberapa wilayah pesisir Kabupaten Gunungkidul berkisar 0,3-1,5 m dengan periode gelombang berkisar 5-7 kali per menit.  Gelombang laut ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya abrasi pantai.

  1. Suhu Permukaan Laut

      Suhu permukaan laut (SPL) di perairan selatan Jawa sangat dipengaruhi oleh dinamika angin dan arus.  SPL berkisar 28,5-29,0OC. Pada musim timur atau ketika terjadi upwelling yang cukup intensif di perairan selatan Jawa, SPL mengalami penurunan hingga 26,0-27,5 OC. Memasuki Musim Peralihan II, seiring dengan semakin berkurangnya pengaruh upwelling,  SPL berangsur-angsur mulai naik.

  1. Kualitas Air

        Hasil pengukuran kualitas air sesaat pada bulan Maret-April 2011 di beberapa wilayah pantai di Kabupaten Gunungkidul secara umum menunjukkan suhu berkisar 27,0-28,5 oC; salinitas 29-35 ppt; pH 7,2-8,8; alkalinitas 106-134 ppm; nitrat (< 0,066)-1,400 ppm; phospat 0,1357-0,4703 ppm; dan plankton 310-1.513 individu/liter.  Secara umum kondisi kualitas air di perairan laut selatan Kabupaten Gunungkidul masih menunjukkan nilai yang baik, dilihat dari standar baku mutu air laut.  Hal tersebut juga dapat dibenarkan bahwa di sepanjang pantai di Gunungkidul tidak terdapat sungai yang besar dan terbuka, di samping itu di kabupaten Gunungkidul tidak terdapat pusat-pusat cemaran yang mempunyai akses ke perairan pantai.  Selama ini pemanfaatan sumberdaya pantai masih terbatas pada kegiatan perikanan dan wisata. 

 

Ekosistem Perairan

Pantai Wediombo mempunyai keanekaragaman hayati perairan yang sangat komplek, mulai dari jenis ikan sampai dengan mollusca, colenterata, crustacean, berbagai jenis ikan hias, udang barong. teripang, kerang, bulu babi dan rumput laut, dan juga merupakan tempat penyu bertelur.  Teluk wediombo merupakan salah satu teluk terluas yang ada di kabupaten Gunungkidul, merupakan daerah pengasuhan (nurshery ground) yang cukup baik bagi ikan dan binatang air lainnya. Terumbu karang adalah bentuk struktur dasar laut berupa deposit kalsium  karbonat  yang dihasilkan terutama oleh hewan karang.  Karang mempunyai sifat tidak mempunyai tulang belakang, dan termasuk dalam FilumCoelenterata (hewan berrongga) atau Cnidaria.  Karang (coral) mencakup karang dari Ordo scleractinia dan Sub kelas Octocorallia (dari kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa.  Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Namun yang pada umumnya polip karang berukuran kecil, bentuk polip adalah karang berukuran besar dan dijumpai pada karang yang soliter.  Luas tutupan karang yang ada di perairan laut selatan DIY diperkirakan ada sekitar 710 Ha, dan sebagian besar ada di perairan laut selatan Kabupaten Gunungkidul dengan jarak 100 – 400 m dari pantai. Selain tutupan karang juga diperkirakan banyak terdapat gosong karang yang jaraknya sampai 2-5 mil dari pantai pada kedalaman sampai 75 meter. Gosong karang tersebar di sepanjang laut selatan DIY, dengan konsentrasi ada di selatan  Kabupaten Gunungkidul.  Tutupan karang terutama di perairan pantai Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh suku Acroporidae marga Acropora.  Hasil pengamatan terhadap jenis dan tutupan karang yang ada perairan Wediombo menunjukkan hasil sebagai berikut :Dead Coral, Dead Coral with Algae, Acropora Encrusting, Acropora Submassive, Coral Encrusting, Coral Foliose, Coral Submassive, Soft Coral, Sponges. Rumput laut dapat ditemui di perairan Wediombo yang berasosiasi dengan keberadaan ekosistem terumbu karang. Rumput dapat hidup di atas substrat pasir atau karang mati, dan tumbuh mulai dari batas surut terendah sampai batas kedalaman di mana sinar matahari masih efektif untuk fotosintesa. Rumput laut hidup sebagai fitobenthos dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat, pasir, karang, fragmen karang mati, batu.  

Masyarakat

         Dijadikannya perairan teluk Wediombo menjadi kawasan konservasi perairan juga mendapat dukungan dari warga masyarakat sekitarnya. Sosialisasi telah dilakukan kepada semua stakeholder yang memanfaatkan perairan teluk Wediombo.  Penetapan perairan teluk Wediombo dan sekitarnya sebagai kawasan suaka alam perairan tidak mematikan akses warga masyarakat, dalam memanfaatkan potensi sumberdaya ikan dan kelautan yang ada.  Namun dengan ditetapkannya perairan teluk Wediombo sebagai kawasan suaka alam perairan, pemanfaatan dan akses warga akan diatur sedemikian rupa sehingga hak-hak warga tidak dimatikan namun fungsi kawasan konservasi juga akan berjalan.

 

Ekonomi,Sosial dan Budaya

         Kabupaten Gunungkidul mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian, perikanan dan peternakan, hutan, flora dan fauna, industri, tambang serta potensi pariwisata.  Sektor  pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar adalah lahan kering tadah hujan (± 90%) yang tergantung pada daur iklim khususnya curah hujan.  Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan sebagian besar sawah tadah hujan. Sumberdaya alam tambang yang termasuk golongan C berupa :batu kapur, batu apung, kalsit, zeolit, bentonit, tras, kaolin dan pasir kuarsa.

         Berdasarkan karakteristik kondisi lahan di kabupaten Gunungkidul maka sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani ladang, peternak dan sebagian sebagai nelayan. Mata pencaharian sebagai nelayan merupakan mata pencaharian yang relatif baru dibanding sebagai petani dan peternak.  Pekerjaan sebagai nelayan memberikan harapan yang baru bagi masyarakat pesisir untuk meningkatkan taraf hidupnya. Pekerjaan penduduk lainnya adalah seperti sebagai buruh, pedagang, pengrajin industri kecil, dan lainnya.  

WhatsApp