Teknik Pemijahan Ikan Mas Najawa

Pemijahan ikan merupakan aspek kunci dalam industri perikanan dan pemeliharaan populasi ikan. Teknik pemijahan ikan air tawar secara umum meliputi persiapan wadah pemijahan, seleksi induk, proses pemijahan, dan pemeliharaan larva.

Proses pemijahan ikan air tawar dapat dilakukan secara alami, semi alami, maupun buatan. Pemijahan alami dilakukan tanpa adanya campur tangan manusia dalam proses pemijahan ikan. Pemijahan semi alami dilakukan dengan adanya campur tangan manusia pada sebagian proses pemijahan ikan seperti injeksi hormon. Pemijahan buatan merupakan pemijahan ikan yang seluruh proses pemijahannya dilakukan dengan bantuan tangan manusia.

Pemijahan ikan mas Najawa (Cyprinus carpio) dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim. Kolam pemijahan diisi air dengan ketinggian 40-50 cm. Hal penting yang harus diperhatikan ketika pengisian air adalah menggunakan air baru, karena air baru yang masuk ke dalam kolam yang kering akan memunculkan bau yang dapat merangsang induk ikan mas Najawa untuk memijah. Hapa berukuran 2x4 m kemudian dipasang di kolam pemijahan dan di dalam hapa tersebut dipasang kakaban sebagai substrat untuk penempelan telur.

Pemijahan ikan mas merah Najawa dapat dilakukan secara alami dengan perbandingan induk jantan:betina adalah 1:1 berdasarkan bobot induk. Induk ikan mas Najawa dimasukkan ke kolam pemijahan pada pagi hari sekitar pukul 08.00, kemudian setelah 24 jam telur ikan akan menempel pada kakaban. Induk ikan yang sudah selesai memijah kemudian diangkat dan dipindahkan ke bak karantina, sebelum dipindahkan kembali ke bak pemeliharaan induk untuk proses rematurasi induk.

Setelah pemijahan induk selesai dan telur ikan menetas, tahap selanjutnya adalah pemeliharaan larva. Pemeliharaan larva dilakukan pada bak/wadah pemeliharaan larva. Larva berumur 1-2 hari biasanya masih memiliki cadangan makanan (yolk sac). Pemberian pakan pada larva biasanya dilakukan setelah larva berumur 3-4 hari, atau setelah cadangan makanan larva habis. Pakan yang diberikan berupa pakan alami seperti fitoplankton, kutu air, maupun cacing sutera (Tubifex sp.) menyesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva. Pakan buatan berbentuk tepung dengan kandungan protein >40% dapat diberikan pada tahapan selanjutnya.

WhatsApp