RAINBOW FISH, KOMODITI CANTIK ASAL PAPUA

Ikan pelangi pertama ditemukan oleh Mr. Boufort di pulau Waigeo Kepulauan Raja Ampat Tengah menyemangati para ahli Iktiologi dunia seperti Gerald Allen untuk mengkaji lebih jauh lagi spesies endemik ini. Dalam kurun waktu 30 tahun Gerald Allen sendiri telah berhasil mendeskripsikan 31 jenis baru di kawasan daratan besar Papua.

Sepanjang tahun 1910 hingga 2008 di daratan Vogelkop telah menjadi kawasan eksplorasi ikan dari genus Melanotaenia dan diyakini bahwa pusat keanekaragaman spesies tersebut tepat dikawasan Sorong Selatan. Sejak ribuan tahun lamanya Melanotaenidae mendiami daratan New Guinea dan Australia. Namun secara endemisitas, karena pergeseran tektonis yang diikuti oleh pergeseran lempeng kedua daratan tersebut dan mekarnya Papua sampai terbentuk teluk Cendrawasih dan teluk Bintuni yang terbentuknya deretan pulau-pulau Raja Ampat, membuat Melanotaenidae terpisah dari nenek moyangnya dan mengalami evolusi pada habitat barunya. Ikan pelangi ini di klasifikasikan sebagai berikut :

Filum     :Chordata

Kelas     :Pisces

Ordo      :Atheriniformes

Famili     :Melanotaeniidae

Genus     :Melanotaenia

Spesies    :Melanotaenia sp

Sepanjang bulan Mei 2007, ekspedisi ilmiah Rainbow fish telah digelar oleh Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dan Institute de Research (IRD) Indonesia yang difokuskan pada kawasan Vogelkop dan menemukan sekitar 8 spesies baru dari genus Melanotaenia yang diduga ilmu baru bagi pengetahuan tentang dunia ikan hias air tawar. 

Ikan Rainbow merupakan jenis ikan hias yang banyak diminati masyarakat karena warnanya cantik dan eksotis. Ikan hias ini banyak ditemukan diwilayah perairan Papua khususnya pada daerah Sungai Gelap dan mudah dipelihara serta dibudidayakan. Jenis ikan ini juga komoditi ekspor. Kualitas air yang diperlukan untuk kehidupan jenis ikan ini yaitu temperature air 23-26°C, PH air sebaiknya berkisar diatas 7.

Jenis ikan ini dapat hidup dan berkembang biak dalam akuarium, bak semen, maupun bak fiber. Ikan ini sudah dapat memijah setelah berumur lebih dari 7 bulan dengan ukuran 5-7cm. Makanan yang biasa diberikan dalam pemeliharaan ikan ini yaitu kutu air (moina), cacing rambut, jentik nyamuk (cuk) serta pelet. Supaya ikan dapat tumbuh berkembang dengan baik selama pemeliharaan telur, air harus sesuai memenuhi persyaratan dan dilakukan penggantian air 1 minggu 1 kali.

Nasution (2000) menerangkan bahwa semua jenis ikan Rainbow umumnya memiliki kesamaan bentuk yaitu pipih. Namun, bentuk tubuh Rainbow ini masih dapat dibedakan lagi, perbedaan tersebut akibat penyesuaian dirinya terhadap lingkungan hidupnya. Rainbow yang hidup di perairan agak tenang seperti danau dan rawa umumnya memiliki bentuk tubuh yang agak melebar ke bawah, sementara yang hidup di perairan deras seperti sungai umumnya bentuk tubuhnya agak memanjang.

Dalam kegiatan budidaya ikan Pelangi (Melanotaenia sp), Induk yang dipilih adalah induk yang sehat dan sudah siap untuk memijah. Induk yang sehat adalah induk yang tidak cacat dan tidak terjangkit penyakit. Induk dikatakan sudah siap memijah apabila sudah matang gonad. Induk jantan dikatakan matang gonad apabila sudah terlihat kelaminnya (testis) yang agak menonjol, sedangkan untuk induk betina tampak bagian perut terlihat membesar.

Induk yang sudah terseleksi kemudian ditangkap dengan menggunakan serokan berjaring tipis agar tidak menyakiti atau merusak tubuh ikan. Kemudian induk dimasukan kedalam wadah pemijahan. Tujuan dari seleksi induk ini adalah agar dihasilkan telur yang baik secara kualitas maupun kuantitasnya.

Ikan pelangi memijah secara alami tanpa memberikan rangsangan hormonal terhadap induk dan tanpa campur tangan manusia. Ikan pelangi memijah pada pagi dan malam hari (selepas maghrib). Selama masa pemijahan, induk diberikan pakan alami berupa jentik nyamuk (Culex sp), cacing rambut (Tubifex sp), dan pelet secara berselang-seling. Pemberian pakan kepada induk dilakukan dengan sedikit demi sedikit sampai diperkirakan induk sudah kenyang dan tidak lagi mengejar makanan yang diberikan (Ad libitum).

Telur yang sudah dihasilkan dari proses pemijahan selanjutnya mengalami masa pengeraman. Masa pengeraman ialah saat setelah telur dibuahi sampai menetas. Selama masa pengeraman, didalam telur terjadi proses embriologis (Effendie, 1995). Menurut Effendi (1995), lama masa pengeraman setiap spesies ikan tidak sama, tergantung pada spesies ikannya dan beberapa faktor luar. Faktor luar utama yang memiliki pengaruh persamaan ialah suhu air. Faktor cahaya juga dapat mempengaruhi masa pengeraman ikan (Nikolsky, 1963).

Telur yang mengalami masa pengeraman selama 7 hari akan menetas menjadi larva. Dalam proses penetasan ini pH dan suhu memegang peranan. Menurut Blaxter (dalam Hoar dan Randall, 1969) menyatakan bahwa pH 7,9-9,6 dan suhu 14°C-20°C merupakan kondisi yang optimum dalam penetasan. Akan tetapi setelah telur menetas, presentase jumlah larva yang dapat bertahan hidup lebih rendah dari telur yang dihasilkan dari proses pemijahan. Hal tersebut dikarenakan kondisi lingkungan tempat inkubasi telur kurang stabil dan daya tahan telur kurang baik.

Telur ikan pelangi membutuhkan waktu 7 hari untuk berubah menjadi burayak (anak yang baru menetas). Sebelumnya telur-telur ikan pelangi ini mengalami fase embriologis yang meliputi pembelahan sel, morula, blastula, gastrula, neurula, embrio awal, embrio akhir, dan akhirnya menjadi larva.

Untuk dapat tumbuh dengan cepat, resisten terhadap penyakit dan bereproduksi secara optimal, ikan memerlukan pakan dengan kuantitas yang tepat dan kualitas yang baik. Untuk memperoleh pertumbuhan yang baik, maka ikan harus diberi makanan bergizi. Makanan ikan sebagian besar digunakan untuk sumber tenaga dan mempertahankan kondisi tubuhnya, sedangkan selebihnya dipakai untuk pertumbuhan badannya (Lingga dan Susanto, 2003).

Daelami (2001) menyatakan bahwa setelah telur menetas menjadi larva, kemudian pada saat kantung telurnya hampir habis, larva memperoleh makanan dari luar tubuhnya. Masa peralihan cara memperoleh makanan ini dikenal sebagai masa kritis. Dalam masa ini terjadi kematian yang sangat tinggi. Penyediaan pakan yang memenuhi syarat bagi larva merupakan upaya yang tepat untuk mengatasi masa kritis.

Masalah kualitas air adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi dalam kegiatan pembenihan. Buruknya kualitas air bisa membawa persoalan serius bagi ikan Rainbow, misalnya apabila suhu terlalu tinggi maka akan menyebabkan tubuh menjadi bengkok, keracunan atau kekurangan oksigen. Air yang baik adalah air yang terbebas dari kontaminan. Pada dasarnya Rainbow merupakan salah satu jenis ikan yang rentan terhadap serangan penyakit, oleh sebab itu persyaratan lingkungan hidupnya dijaga sebaik mungkin. Air yang  jernih belum tentu air yang baik untuk budidaya Rainbow. Karena air yang yang jernih dapat mengandung banyak zat yang belum tentu menguntungkan bagi ikan Rainbow diantaranya pH yang terlalu asam tidak sesuai bagi pertumbuhan Rainbow serta amoniak, kandungan nitrit yang bisa meracun ikan Rainbow.

Oleh karena itu, Sebaiknya ikan Rainbow dibudidayakan secara intensif, agar dapat dihasilkan ikan Rainbow yang baik kualitas maupun kuantitasnya, karena ikan Rainbow saat ini semakin langka. Ikan Rainbow ini sangat rentan terhadap lingkungan hidupnya, maka lingkungan perairannya harus tetap dijaga. Penanggulangan penyakit serta pemberantasan hama dan bibit penyakit perlu ditingkatkan untuk mengurangi jumlah kematian pada ikan Rainbow.

Sumber:

  1. Daelami, D.A.S., 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
  2. Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya. Jakarta.
  3. Lingga, Pinus dan Heru Susanto. Ikan Hias Air Tawar (Jakarta:Penebar Swadaya,1987).
  4. Nasution, S.H., 2000. Ikan Hias Air Tawar Rainbow. Penebar Swadaya. Jakarta.
  5. Subiakto,B. 2004. Kumpulan Materi Perkuliahan:Manajemen
WhatsApp