Waspada dan Kenali Ubur-Ubur Bluebottle

Kemunculan ubur-ubur bluebottle atau dikenal dengan krawe, leteh, atau impes di Pantai Parangtritis Kabupaten Bantul wajib diwaspadai oleh para wisatawan yang sedang berkunjung. Para wisatawan terutama anak-anak diimbau tidak memegang atau bermain dengan ubur-ubur yang terdampar di pantai untuk menghindari terkena sengatan ubur-ubur tersebut.

Ubur-ubur bluebottle (Physalia utriculus) mudah dikenali karena berbentuk gelembung berwarna biru dengan tentakel panjang kebiruan. Meskipun ubur-ubur bluebottle tampak seperti makhluk tunggal, namun sejatinya merupakan suatu koloni yang terdiri dari 4 jenis zooid yang saling bergantung untuk bertahan hidup. Hewan ini meski mirip dan sering dikira spesies ubur-ubur, tetapi termasuk dalam ordo Siphonophora kelas Hydrozoa yang kekerabatannya lebih dekat dengan karang api dan hidroid penyengat.

Ubur-ubur bluebottle mempunyai knidosit yang mampu menghantarkan racun saraf proteik yang dapat melumpuhkan ikan kecil. Kontak langsung dengan tentakel ubur-ubur ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang hebat dan gejala sistemik lainnya. Sengatan ubur-ubur ini mengakibatkan bilur merah disertai pembengkakan dan nyeri sedang hingga parah. Gejala lokal ini dapat berlangsung selama 2-3 hari. Gejala sistemik sangat jarang terjadi tetapi dapat berpotensi parah meliputi mual, muntah, demam, peningkatan denyut jantung saat istirahat (tachycardia), sesak napas, atau kram otot perut dan punggung. Reaksi alergi yang parah dapat mengganggu fungsi jantung dan pernapasan, sehingga harus segera dilakukan pertolongan medis profesional.

Pertolongan pertama yang dapat dilakukan jika terkena sengatan ubur-ubur bluebottle meliputi:

  1. Melepaskan tentakel dengan hati-hati menggunakan pinset atau sarung tangan untuk menghindari penyebaran bisa. Jika tidak mempunyai pinset atau sarung tangan, gunakan benda yang dapat melindungi kulit dari kontak langsung ketika melepas tentakel.
  2. Menghindari untuk menggosok area kulit yang tersengat untuk mencegah proses penyebaran bisa ke area permukaan kulit yang tidak terkena sengatan. Nyeri awalnya mungkin terasa intens dan meskipun komplikasi yang mengancam jiwa jarang terjadi, tetapi pantau terus sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan serta bersiap untuk melakukan CPR jika diperlukan.
  3. Membilas area kulit yang tersengat dengan menyemprotkan air laut dalam volume besar dan aliran yang kuat untuk menghilangkan sisa nematosit yang belum menyengat. Jangan pernah menggunakan air tawar karena akan mengakibatkan nematosit yang belum menyengat menjadi menyengat (melalui lisis osmotik).
  4. Menyemprotkan cuka putih (atau larutan asam asetat ringan 2-5 % dalam air) pada area kulit yang tersengat selama kurang dari 30 detik untuk menetralisir sisa nematosit yang tidak terlihat dan menstabilkan nematosit yang belum menyengat. Cuka tidak akan berdampak apapun pada bisa yang sudah disuntikkan, jadi cuka hanya berguna sebagai teknik penyelamatan untuk mencegah penyebaran bisa lebih lanjut dari nematosit yang belum menyengat.
  5. Merendam area kulit yang tersengat dalam air panas (tidak lebih dari 45 °C) selama 30-90 menit yang bertujuan untuk menutupi rasa nyeri dan membatu mendenaturasi bisa. Lakukan uji air terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat panasnya dan perhatikan toleransi area tubuh yang berbeda terhadap panas. Jika air panas tidak tersedia, gunakan kompres dingin atau es di dalam kantong plastik kering.

Melanjutkan pemantauan sampai perawatan medis profesional datang karena luka yang disebabkan oleh ubur-ubur bluebottle dapat mengakibatkan gejala sistemik yang intens, terutama akibat sengatan yang parah atau pada korban anak kecil.

WhatsApp